Tak terasa 18
bulan lamanya aku meninggalkan sekolah tercinta, yaitu SMKN 2 Pati. Sejak 20
Mei 2014 silam, di mana itulah saat terakhir aku memakai baju putih celana biru.
Saat di mana tergambar jelas raut wajah kegembiraan dan kebanggaan karena kami
angkatan 2014. Lulus 100%. Betapa bangganya kami, wahai Bapak/Ibu Guru tak
terbalas jerih payahmu mengajar dan membimbing kami agar menjadi insan-insan
yang cerdas dan berkarakter unggul.
Matahari yang terik pukul 14.08 tak membuat
kepala ini kehilangan tujuan. Tujuan utamaku hari ini adalah pergi ke Dinas
Pariwisata Kabupaten Pati. Entah kenapa sudah sampai separuh jalan semangat
dalam jiwa tiba-tiba lumpuh seketika. I
have promise. Jadi aku harus
selesaikan misi ini. Motor yang aku kendarai melaju dengan kecepatan rata-rata
menyusuri jalan pintas anti polisi yang aku kenal sejak dulu.
Anak-anak
sekolah pun memadati jalanan yang kian sempit ini. Mulai dari yang berbaju
putih merah sampai putih biru. Tiba-tiba masa lalu yang mengasyikkan itu datang
di alam pikiran bawah sadarku. Terasa masih anak kecil aku. Habis sekolah main
sebentar dulu. Terus pulang ke rumah. Hah... seperti tak ada beban hidup saja
kala itu. Tetapi waktu telah berputar terlampau cepat sehingga langkah kaki yang
kian melemah ini tak kuat untuk mengejarnya. Terasa bagaikan tersandung batu
saja.
Alhamdulillah,
telah sampai di depan Dinas Pariwisata Kabupaten Pati, tetapi suasananya tampak
sepi hanya ada satu motor di tempat parkir. Serta pintu-pintu tertutup semua.
Dalam hati aku berucap bahwa ini belum rezekiku. Usai memarkirkan motor aku
berniat ingin langsung balik saja. Namun, terdengar suara orang di balik tembok
paling timur. Tanpa rasa takut aku langsung menuju asal suara itu dan benar ada
tiga orang di dalamnya. Mereka berkata bahwa kalau hari sabtu kantor buka
sampai pukul 11.00. Dengan hati agak kecewa aku pun berterima kasih kepada
mereka karena meminta aku balik besok hari senin.
Jalanan sempit
diantara padi yang masih hijau ranum mengingatkanku pada ilmu yang sedang aku
tekuni sekarang ini, yaitu Pertanian. Entah 15 bulan bergelut di bidang
tersebut belum 100% menyetuh relung hatiku untuk mencintainya. Ya Allah,
hamba-Mu ini selalu yakin terhadap apa yang Engkau pilihkan kepada hamba-Mu
yang tak pandai bersyukur ini. Sungguh hamba-Mu ini telah kufur terhadap
berbagai nkmat yang Engkau limpahkan hamba-Mu ini.
Gerbang yang
disangga dua pondasi kokoh, bercat warna merah biru putih, dan bertuliskan
“Selamat Datang di SMK Negeri 2 Pati” membuat aku bangga dan bersyukur karena
pernah memakan bangku sekolahan di sini. Tak terasa banyak hal yang berubah
dari mulai gerbang sampai sampai sudut paling belakang di bagian yang jarang
terjamah, yaitu toilet. Semua nampak asing bagiku. Entah kamu juga merasakannya
apa yang aku rasakan atau tidak?
Hari ini
tanggal 30 Januari 2016 aku hanya bertemu segelintir orang saja. Diantaranya
adalah Mas Eko seorang satpam muda yang tak kenal lelah menjaga dan melindungi
sekolahan. Pak Totok, Pak Agus, Pak Santo, Pak Yun, Bu Mi’ah, dan Mas Yudi, mereka
semua adalah guru bengkel teknik mesin yang selalu aku cintai dan banggakan.
Terus adik-adik kelasku yang masih nakal-nakalnya dan suka bercanda tawa.
Hehehe...
Mas tukang
sapu, meski kita dulu dekat tapi kok kita tidak pernah berkenalan. Yah, tidak apa-apa,
yang penting kita saling tegur sapa dan tersenyum bila bertemu. Bu Ratna,
terlihat sibuk melatih anak-anak untuk persiapan upacara bendera besok senin
jadi belum sempat menyapanya.
Masuk ruang
guru tiba-tiba aku langsung diintrogasi sama Bu PKN, maaf Bu murid memang tidak
berbakti sampai-sampai lupa namamu. Pukul saja aku! Beliau tanyanya aneh-aneh, mulai
dari kuliah di mana dan ambil jurusan apa.
“Kok bisa dulu
diterima di Pertanian padahal dulunya jurusan Teknik Mesin.”
“Beasiswa apa?
Bagaimana caranya.”
“Lah dari STM
kok bisa ngajuin begituan?”
Tapi semua aku
jawab dengan tenang, perlahan, dan menyakinkan. Singkat cerita anak beliau
ternyata juga kuliah di IPB Fakultas Kedokteran angkatan 2013.
Terakhir aku
berkunjung ke guru agamaku waktu SMK dulu, Pak Rojikun. Besar, kuat, lantang,
suka ngelucu, dan kadang kala menunjukkan ekspresi marah. Sempat salah rumah
dan kesasar tak membuat aku putus asa mencari rumahnya. “Sudah sejauh ini masak
aku menyerah tanpa hasil begini saja,” ucapku dalam hati.
Alhamdulillah
atas petunjuk dari Allah yang Maha Pemberi Petunjuk ketemu juga rumah beliau. Masuk
rumah aku ketuk pintu, ucap salam, duduk setelah dipersilakan, dan meminum air
yang disuguhkan. Meski sebentar tapi banyak pelajar yang aku dapatkan sore ini,
salah satunya ingat kembali tugasmu sekolah. Sebaris kalimat yang sangat dalam
maknanya.
Perjalanan
pulang membuat aku terbayang-bayang akan masa lalu. Dimana kala itu aku belum
punya pendirian yang teguh, sering ikut-ikutan berbagai kegiatan yang belum pasti
manfaatnya. Hanya mementingkan diri sendiri tanpa berpikir bahwa di luar sana
masih ada orang yang sangat membutuhkan uluran tanganku.
Salah
melangkah bukan berarti kalah
Tapi terlambat
dalam menciptakan kemajuan
Agar hidup tak
merasa bersalah
Mari kita
kuatkan rasa kebersamaan