Ingin aku melukis rindu
tapi aku takut rindu akan
menjadi-jadi
ingin aku menulis surat
tapi aku khawatir engkau tak
membacanya
Rasa ingin dan ingin
akan selalu ada disetiap insan
termasuk aku
Kapan rindu akan usai?
entah aku pun tak tahu
apa daya diri ini
melawan rindu yang kerap datang
Sudahlah...
jangan merindu sesuatu yang tak
pantas dirindukan
rindukanlah Surga-Nya
karena ia adalah sebaik-baik tempat
bagi para perindu
Langit kota
Jogja tanggal 1 Maret nampak agak sendikit mendung karena sinar matahari
terhalangi awan putih. Sempat khawatir saat mencuci pakaian, kering atau nggak
ya. Tapi alhamdulillah hujan tak turun sampai waktu petang.
BERJUANG.....
adalah sebuah kata yang sangat dekat dengan pengorbanan. Kenapa harus ada
pengorbanan disetiap perjuangan? Hal ini karena setiap manusia itu sejati tak
bisa melakukan banyak hal dalam waktu bersamaan. Meskipun bisa tetap saja ada
yang dikorbankan.
Pada tulisanku
kali ini akan membahas tentang “waktu”. Tema yang sangat simpel dan dipahami
banyak orang. Namun apakah mereka benar-benar paham akan waktu itu sendiri?
Goresan tinta
yang akan aku tulisan tak terlepas dari nilai-nilai kehidupan dalam film “Flying
Colors”. Meski ceritanya sederhana dan berkaitan dengan kehidupan masa remaja
yang sukanya main-main dan malas belajar.
![]() |
| www.edutopia.org/blog/celebration-of-learning-ben-johnson |
Tokoh utamanya
bernama Sayaka. Dia anak yang dianggap bodoh oleh ayahnya sendiri.
Berkebalikkan dengan ibu Sayaka (Aachan), ia hanya ingin anaknya bahagia.
Sehingga ketika Sayaka di-bullying di
sekolahannya terus Sayaka terluka dan sekolah memanggil Aachan. Aachan tidak
marah, malah membela Sayaka.
Setelah
kejadian itu Aachan mengajak Sayaka pindah sekolah. Sayaka pun dibebaskan memilih
sekolahannya (SMP). Di sekolahan yang baru Sayaka belum mempunyai teman sama
sekali. Lamban laun ada tiga gadis Sayaka dan akhirnya mereka berempat menjadi teman
yang selalu bersama sampai SMA.
Aachan berniat
memasukkan Sayaka ke tutor agar dapat lulus ujian masuk universitas. Lalu
Sayaka mendapat guru tutor bernama Tsubota. Pertama-tama Sayaka harus menjalani
tes awal untuk mengetahui seberapa cerdas kemampuan otaknya. Hasil tesnya
sangat luar biasa. Nol besar nilainya.
Akan tetapi,
sang guru tetap tersenyum bangga kepada Sayaka. “Hebat sekali. Jawaban seperti
baru pertama kali aku lihat,” puji Tsubota kepada Sayaka. Tsubota pun juga
berjanji aku membantu Sayaka untuk bisa masuk universitas terbaik, Keio
University.
Hari demi
hari, siang menjelang malam, malam menjelang siang, dan dari waktu ke waktu
Sayaka terus menerus BELAJAR. Teman-temannya pun mengajak main dan
bersenang-senang. Jadwal liburan musim panas yang full agenda tak membuat
Sayaka lupa akan impian utamanya. Sehingga ia mencuri waktu agar tetap bisa
menyempatkan waktu untuk belajar.
Waktu tidur
pun ia rela kurangi agar bisa digunakan untuk belajar. Seluruh dinding kamarnya
pun tak luput dari korban belajarnya. Kertas berisi catatan tertempel
mengelilingi setiap sudut rumahnya. Menjadikan dinding berlapis kertas.
Perjuang
Sayaka tak berhenti sampai di situ, selain kesulitan biaya tutor yang
mengharuskan ibunya bekerja sambilan. Keluarganya sekarang sedang kacau karena
Ryuta (adik Sayaka) tidak mau bermain baseball lagi. Sehingga ayahnya marah besar.
Ayahnya dulu mempunyai mimpi menjadi pemain baseball terbaik dan ia ingin
meneruskan impiannya lewat Ryuta.
Di tengah
usaha kerasnya tiba-tiba Sayaka merasa kosong. Ia bertanya pada sensei-nya. “Tiba-tiba aku tidak tahu
untuk apa belajar? Rasanya tidak nyaman.” Sejak saat itu Sayaka tak pernah lagi
pergi ke tempat tutor.
Dan apakah
Sayaka akan bisa mewujudkan impiannya untuk masuk Keio University? Seperti
apakah perjuangan Sayaka menghadapi masa-masa kritis dalam hidupnya?

No comments:
Post a Comment