![]() |
| Kelompok Kewirausahaan |
Tanggal 15 Maret 2016
kami melakukan wawancara pengusaha warung makan. Namanya adalah Ibu Mardi.
Beliau sekarang berumur 43 tahun. Diusia yang tak lagi muda ini beliau masih
semangat menjalankan bisnis warung makan bersama sang suami tercinta, Pak
Mardi. Ibunya suka dipanggil Bu Mardi, mengikuti nama suaminya. Hal ini karena
sudah menjadi tradisi di masyarakat daerah sana. Sehingga tak heran kalau
mencari dengan nama asli Bu Mardi malah susah ketemunya.
Sudah
10 tahun lamanya Bu Mardi menekuni usaha warung makan. Pertama kali dulu usaha
beliau diawali dengan jualan nasi goreng di warung kecil di rumahnya. Setelah
dipikir-pikir beliau memutuskan untuk pindah tempat. Lalu dipilihlah tempat
baru yaitu Jalan Kaliurang km.5, cukup jauh dari rumahnya di km.7. Namun, tak
disangka bahwa usahanya bisa seramai seperti sekarang ini.
Dulu saat pertama
jualan di tempat yang baru pelangan masih sepi. Saat pelanggan lama tahu bahwa
beliau pindah tempat jualan maka mereka berbondong-bondong datang ke sana. Bu
Mardi tidak perlu repot-repot untuk mempromosikan tempat jualan barunya itu.
Karena setiap kali orang yang datang mesti menceritakan masakan di warung makan
beliau yang enak juga terjangkau harganya. Kebanyakan pelanggan beliau adalah
mahasiswa sehingga sangat mudah promosi dari mulut ke mulut.
Tempat baru yang
dipakai Bu Mardi untuk jualan adalah tanah sewaan. Alhamdulillah... beliau
sangat bersyukur karena mendapat harga sewa per tahun yang relatif murah, yaitu
Rp 6 juta per tahun. Harga yang tergolong murah di tengah meningkatnya harga
sewa tanah di kota besar seperti Yogyakarta. Meskipun murah tapi bangunan dan
tanah yang disewakan tidak boleh didirikan bangunan yang permanen dan dilarang
melebarkan gubuk tempat makan.
![]() |
| Warung Makan Bu Mardi |
Menu yang ada di warung
makan Bu Mardi dulunya belum ada terong. Namun, tetangga yang punya tanah
sewaan memberikan saran untuk mencoba menu baru dengan bahan baku terong. Dan
akhirnya terciptalah menu terong goreng yang menjadi salah satu menu paling
diminati orang-orang. Inilah menjadikan warung tersebut bernama 4T, karena di sana ada menu Tempe, Tahu, Telur, dan Terong.
Bu Mardi mendapat
penghasilan kotor per hari sekitar Rp 1,5 juta. Beliau mempunyai karyawan
berjumlah 5 orang dan itu karyawan beliau adalah tetangga dekatnya. Dengan
penghasilan bersih yang tidak terlalu banyak karena digunakan untuk mengaji
karyawan beliau dan membeli bahan baku lagi. Beliau mempunyai prinsip yang
sangat bijak. “Untung sendikit tidak apa-apa, yang penting pelanggan suka.”
Masalah bahan baku
adalah persoalan setiap hari yang pasti dihadapi Bu Mardi. Salah satu cara agar
bahan baku tetap tersedia adalah dengan menjalin hubungan penjual bahan baku.
Setiap hari beliau selalu memesankan sayuran, ikan lele, beras, minyak goreng,
dan lain-lain. Apabila ada penjual yang stok bahan bakunya habis atau menipis
maka Bu Mardi mencoba menghubungi penjual yang lain. Sehingga setiap hari
beliau tidak bisa dari SMS.
Sebagai pemilik warung
makan Bu Mardi senang membantu karyawanmya mempersiapkan makanan. Setiap saat
beliau juga membantu kinerja karyawannya. Barang yang dimasak berasal dari
pasar sehingga masih segar semua. Selain itu, untuk sambal tomat racikannya
beliau racik sendiri dan tidak membolehkan dimasak karyawannya. Sehingga,
rasanya tetap terjaga keasliannya dan kelezatannya.
Menjadi pengusaha itu
tidaklah mudah, harus mengalami banyak kesulitan dan kegagalan. Awal memulai
sebuah usaha memang sulit sehingga perlu usaha, usaha, dan usaha. Perlu sifat
sabar dan ulet dalam menghadapi segala permasalahan yang hadir dalam usaha yang
kita lakukan. Ada orang yang membicarakan usaha kita dari belakang. Jangan
dengan omongan orang lain yang sekiranya bisa membuat kita menjadi lemah dan
menyerah.
Sleman, 15 Maret 2016


No comments:
Post a Comment