Sunday, December 16, 2018

TEMU #11 Sang Pemantik Harapan

Langit kota Jogja dari pagi terlihat murung disertai gerimis berbentuk debu, kecil sekali. Mungkin bagi yang malas keluar rumah akan mengira di luar baik-baik saja.


Tapi aku selalu berprasangka baik terhadap langit. Bahwa ia akan cerah di siang hari atau sore hari atau malam hari.

Dan benar saja, langit malam sangat cerah. Secerah hati ini.

***

Dia adalah lelaki hebat dan inspiratif. Kelahiran Ibukota. Alumni IPB'83. Mantan HRD Astra. Pemberdaya UMKM.

Memang benar kata pepatah bahwa "kita tidak bisa menilai seseorang dari luarnya saja".

Pertemuan ini diawali karena kenakalan kami berdua. Kami berdua berada di zona merah sebuah beasiswa.

"Yaa... kalian berdua nanti temui saya atau Bu Lia setelah ini," ucap Pak Iqbal saat pembekalan magang.

Kata-kata tersebut membuat jantung berdetak lebih kencang. "Mau disidang pasti," kataku dalam hati.

* * *

Senja semakin temaram. Waktu magrib masih 1 jam lagi. Sambil menanti Pak Iqbal atau Bu Lia di Lobby.

Tiba-tiba seorang wanita menghampiriku.

"Mas-Mas bisa minta tolong benerin motorku?" tanya si wanita.

"Iyaa... aku usahakan".

Lalu kami berjalan menuju parkiran. Sambil mengamati kondisi motor. Akhirnya aku berinisiatif menyelanya.

"Bismillah... bismillah... bismillah," ucapku dalam hati seraya memohon pertolongan Allah.

Alhamdulillah keajaiban itu muncul. Dan motor bisa hidup.

"Terima kasih ya Mas," ucap wanita itu dengan senyum.

* * *

"Nanti ketemu di Lobby habis magrib," tiba-tiba pesan itu masuk.

"Iya Pak... terima kasih," balasku.

Habis magrib kami bertemu dengan Pak Iqbal di Lobby.

"Ehh... kita ngobrolnya di luar saja ya? Biar lebih enak," ajak Pak Iqbal.

"Siap Pak," jawab kami kompak.

Kami diajak makan di warung sederhana di seberang jalan kaliurang. Ini adalah sifat yang aku kagumi dari beliau. Sederhana dan tidak bermewah-mewahan.

Makan pun tidak banyak, tapi secukupnya. Minum pun teh tawar. Karena di usia tua, pola makan harus dijaga betul.

***

Pertama-tama beliau bercerita tentang kehidupan teman-teman beliau waktu SD, SMP, SMA, kuliah. Beberapa dari mereka tumbuh menjadi pribadi yang lebih baik.

"Gus gimana kabar telangnya kok tiba-tiba ganti jadi emping telo?" tanya beliau.

Aku pun menceritakan seluk beluk kenapa sampai seperti itu.

"Ohh... itu kamu belum mentok ujung," sahut beliau.

"Kok bisa Pak?" tanyaku.

"Itu karena kamu baru di kulitnya saja. Belum kamu buat tuh turunannya Gus." jawab beliau.

Penjelasan yang mudah dipahami, inspiratif dan motivatif itu aku tangkap dari beliau.

Memang mempunyai seorang mentor (orang yang lebih berpengalaman) dalam hidup sangatlah penting. Karena dengan adanya mentor hidup jadi lebih terarah, tersemangati, dan terberdayai.

Tapi yang perlu diingat bahwa tugas mentor itu "menyakinkan" bahwa "Anda belum mentok", "Anda pasti bisa".

Dan selanjutnya kembali ke diri sendiri. Mau maju kedepan atau tetap diam ditempat.
.

Yogyakarta, 16 Desember 2018

Sunday, December 9, 2018

SOTO TANPA TOMAT (1)

Ini adalah sepenggal kisah dua mangkok soto yang tak sengaja bertemu di sebuah warung.
Aku baru saja keluar dari laboratorium fakultas. Usai praktikum membuat perut lapar. Aku berjalan lewat pinggir-pinggir gedung untuk menghindari percikan hujan.
Sampai di warung langgananku. Aku memesan soto ayam dan air hangat.

¤ ¤ ¤

Di kejauhan terlihat seorang perempuan bersusah payah menghindari percikan hujan. Bukan karena ia takut hujan, melainkan berusaha melindungi apa yang ia dekap.
Tak lama kemudian ia sampai di warung, lalu memesan soto sapi dan jeruk hangat.
Tempat duduk penuh sesak dan tinggal satu.

¤ ¤ ¤

"Permisi, bolehkah aku duduk di sini?".
Aku agak kaget. Tapi berusaha tenang.
"Iyaa silakan".
"Terima kasih".
Perempuan itu duduk tak jauh dari aku duduk, sehingga aku melihat dia mengusap buku yang ia dekap tadi.

¤ ¤ ¤

Aku meletakkan sendok dan garpu sejenak, sambil berpikir.
Aku akan menyesal duduk di sini tanpa sepatah katapun. Aku berusaha membuka pembicaraan.

"Kenapa sotonya ndak pakai tomat?" celetukku tiba-tiba.
Perempuan itu mengangkat sedikit wajahnya.

"Sejak lama tomat dipercaya menangkal kanker dalam tubuh. Zat likopen dan fitonutrisi akan bekerja optimal setelah dipanaskan. Hal ini cuma untuk tomat merah. Karena likopen cuma dimiliki buah atau sayur berwarna merah".


"Zat ini memiliki fungsi utama; menetralkan radiasi bebas yang bisa merusak sel-sel dalam tubuh. Jadi, konsumsi tomat dalam soto adalah kebiasaan yang baik".

Perempuan itu masih saja diam. Padahal pengetahuan dari praktikum budidaya tanaman sayur dan hidroponik sudah tak keluarkan. Mungkin aku dikira laki-laki aneh yang kurang kerjaan.
.
.
Yogyakarta, 04 Desember 2018
.

.
*Tulisan terinspirasi dari Hujan Matahari karya @kurniawan_gunadi

SOTO TANPA TOMAT (2)

"Ada banyak cara untuk Allah pertemukan hamba-hamba-Nya".

Perempuan itu masih saja diam. Maka aku mencoba memakai jurus lain.

"Namaku Mada," ucapku sambil menyodorkan tangan.
Perempuan itu kaget. Kedua tangannya mendekap di depan dada. Tak membalas jabat tanganku.
"Rara," balasnya pelan.
Aku salah tingkah untuk kedua kalinya. Aku berusaha tenang. Dengan mengambil nafas dalam-dalam.

"Pastinya ada alasan kenapa seorang laki-laki diberi nama Mada," tanya perempuan itu tiba-tiba.
Harapan baru. Aku kembali bersemangat.

"Mada diambil dari nama Mahapatih Gajah Mada yaitu seorang panglima perang yang sangat berpengaruh pada zaman kerajaan Majapahit. Semangat dan tekad mempersatukan Nusantara yang kuat dan hebat".
"Ibuku memberi nama Mada dengan harapan seperti itu, menjadi pemersatu di tengah perpecahan yang melanda negeri ini".

Perempuan itu tersenyum sopan mendengar apa yang aku jelaskan.
¤ ¤ ¤

Kisah ini berakhir dengan kumandang adzan magrib.

Lalu aku menuju kasir.
"Soto ayam dan air hangat Mas".
"Sudah terbayarkan".
"Hah... oleh siapa Mas," tanyaku kaget.
"Oleh teman Mas".
"Teman?".
"Iya... perempuan yang duduk berseberangan dengan Mas tadi loh".
"Innalillah walhamdulillah".

Aku merasa malu sekaligus bersyukur atas semua kejadian sore itu.
Sejak saat itu aku selalu bersyukur dan rindu datangnya hujan. Mau gerimis, hujan lebat, atau angin badai. Semua harus disyukuri. Karena ada kebaikan di dalamnya.
.
.
Yogyakarta, 05 Desember 2018
.
.
*Tulisan terinspirasi dari Hujan Matahari karya @kurniawan_gunadi

Sunday, August 12, 2018

GARA-GARA “WALANG GEPREK” (TEMU #10)


      Satu temu mengantarkan temu yang lain. Tak terasa sudah kali kesepuluh aku menulis sebuah episode kehidupan, TEMU namanya.

Ahad 12 Agustus 2018, kuawali hari dengan adzan mendengar adzan shubuh berkumandang. Hari ini terasa berat untuk kulalui, karena lelah dan malas tiba-tiba menyerang.

Lekas mandi pagi. Itu obat satu-satunya. Meski dingin kudu dipaksa. Dingin cuman sebentar. Habis itu badan segar dan semangat mekar.

Agenda pertama, pukul 06.00-08.00 adalah mempersiapkan dan menjaga stand “Bimbel Bahasa Inggris Termurah di Indonesia” di blok C IV/136 (rumah Pak RT).

Hal yang aku dapat dari kejadian ini, yaitu tentang meremehkan waktu. Pukul 05.30 harusnya aku sudah mandi dan sarapan. Nah ini... malah santai-santai, tiduran, dan main gawai. Pukul 05.45 baru mandi. Akibatnya telat datang dan rasa lapar menyiksa.

Mr. Yono, pemilik Bimbel ini aku banyak belajar darinya. Beliau suka menyapa, ramah, dan setiap kali tersenyum seperti ada energi yang mengalir, yang menghidupkan semangat.

Agenda kedua, pukul 08.30-10.30 perjalanan menuju tempat budidaya cacing dan pembuatan pupuk kascing (IG: @jw_cacing). Perjalanan jauh ini tidak sendirian. Aku ditemani seorang teman, sebut saja Se.

            “Se kamu yang di depan ya!”
            “Ndak... aku ndak tau jalan.”
            “Ya udah, aku depan klo gitu.”
            “Mau kecepatan berapa nih?”
            “Emm... 60-an aja soalnya motorku gini.”
            “It’s okay.”

Aku pun memimpin perjalanan ini. Dan Se mengikuti dari belakang. Terkadang aku melihat kaca spion. Khawatir Se tertinggal jauh. Tapi itu juga yang membuat aku tak fokus ke depan.

Lama-lama kepala terasa pusing. Ini pasti efek meremehkan waktu. Terus aku hanya pasrah kepada Allah. Sepanjang jalan hanya bisa dzikir dan sholawat.

Alhamdulillah... sekitar pukul 09.35 kami sudah sampai daerah Bandung, Playen, Gunungkidul. Rumah yang kami cari berada di sekitar sini.

Mas Imam yang punya usaha @jw_cacing share location alamat rumahnya. Ketika itu kami sudah sampai di depan rumah beliau. Titik live location nya bergeser. Jadi kami ragu.

“Ini tempatnya bukan ya?”

Kami pun memutuskan memutar dulu. Bukannya ketemu malah kami mutar-mutar. Daripada binggung dan perut semakin kelaparan. Aku meminta Se untuk mampir di warung terdekat.

Aku baru ketemu Se bulan Februari lalu, itu pun belum pernah bertegur kata. Pertengahan Juni secara tidak sengaja bercakap dengannya. Itu pun tak banyak. Singkat cerita kami bertemu di perjalanan dadakan ini.

Makan di sebuah meja agak lumayan panjang membuatku sendikit tak nyaman. Bukan karena sotonya tak kunjung datang. Tapi ini masalah rasa sungkan.

Soto pun datang, sambil menunggu agak dingin. Aku pun mencoba memecah keheningan.

“Se, target kamu ke sana mau ngapain aja?”
“Apa ya? Emm... paling tanya-tanya dulu.”

Selesai makan kami pun melanjutkan perjalanan ke rumah Mas Imam.

            “Kulo nuwun...”
            “Assalamu’alaykum...”
            “Wa’alaykumussalam...”
            “Mas Agus nggih?”
            “Nggih Mas.”
            “Ngapurane wau kulo nyasar muter-muter.”
            “Nggih mboten nopo-nopo. Monggo pinarak.”

Kami pun duduk, lalu menceritakan maksud kedatangan kami. Mas Imam pun welcome dengan tujuan yang kami utarakan. Bahkan sebelum pulang kami diajak mampir ke kandang produk cacing beliau.


 “Kok dikit ambil sampel pupuknya Mas?”
 “Sekalian dipenuhi plastiknya!”

Alhasil, kami membawa 2 kantong plastik pupuk sekitar 5 kg. Selain itu, satu buah @sambelembokqu berisi Walang Geprek disuruh icipi dan bawa pulang.

Wah... baik banget nih Mas Imam dan Mbak Rina nya. Semoga kelak kita bisa berTEMU kembali. Semoga usahanya sukses dunia dan sukses akhirat. Berkah. Barokah selalu. Aamiin.

D.I. Yogyakarta, 1 Dzulhijjah 1439H

Wednesday, August 1, 2018

Melangitkan Bisnis, Menggugurkan Rezeki

Kamis, 26 Juli 2018 di Gedung Olahraga Universitas Negeri Yogyakarta (GOR UNY) dilaksanakan Ngobrol Bisnis bersama Ippho Santosa (Motivator Internasional, Penulis Buku Best Seller), Saptuari Sugiharto (Founder Sedekah Rombongan, Owner Kedai Digital, Jogist), Yoyok Hery Wahyono (Owner Waroeng Spesial Sambal), Jody Brotosuseno (Owner Waroeng Group), dan Setiawan Tiada Tara (Motivator Humor).

Pembicara pertama, Mas Yoyok. Menegaskan bahwa kita boleh belajar bisnis dari siapapun itu. Tapi perlu diingat bahwa kita tidak harus sama (plek) sama yang kita jadikan contoh pembelajaran. Kita harus berbeda. Buat variasi ide.
Selanjutnya Mas Yoyok juga menasihati bahwa usaha itu harus ada ruh spiritualitas. Suatu keyakinan yang digenggam erat dalam berbisnis. Suatu semangat yang membangkitkan ketika kita lagi down.
Memilih itu gampang, setia itu yang tidak mudah.

Omset dalam berbisnis tidak hanya rupiah saja. Tapi juga ada poin ruhiyah dan berkah. Rupiah-rupiah yang kita kejar hanya akan menjadi rupiah-rupiah dunia. Sedangkan ruhiyah dan berkah yang kita kejar akan menambah kebahagian hati diri sendiri dan banyak orang.
Be positive, be creative, be the winner.
            SELESAIKAN SUNNATULLAH TERLEBIH DAHULU.
Disuruh sedekah ya sedekah. Jangan terlalu berharap dengan sedekah kita. Nanti kecewa, kalau sedekah kita tidak berbuah yang kita harapankan. Sedekah dulu yang ikhlas. insyaAllah... Allah akan menggantikannya dengan balasan terbaik. Kalau tidak berbalas di dunia, ya berbalas di akhirat. Sedekah ikhlas karena Allah pokoknya.

            Mas Jody, ketika lewat sepanjang jalan Gejayan melihat toko-toko yang berdiri dengan megah dan mewahnya. Selalu mendoakan yang terbaik. Mendoakan agar usaha orang lain sukses. Bukankah mendoakan orang lain seperti halnya mendoakan diri sendiri? Terus tidak mungkin kan kita mendoakan toko satu persatu. Maka alternatifnya itu dengan men-sholawatin toko di sepanjang jalan yang kita lewati.

            MEMULAI BISNIS.
Mas Yoyok, berpesan bagi yang baru merintis usaha itu memulainya dari yang dekat dengan dunia kita. Yang sesuai passion kita.
Memulai bisnis dari hal-hal kecil. Jangan ujug-ujug besar. Dalam proses memulai bisnis naluri kita juga harus dilatih terus-menerus.
Totalitas. Jangan berharap semua pertanyaan bisnis terjawab semua di awal. Yang penting itu jalani dulu. Nanti juga terjawab dengan sendirinya. Take action, answer is find.

LAST WORD.
Mas Jody, sebelum memulai bisnis. Cari dan temui dulu siapa yang ngasih rezeki. Sholat hajat. Berdoa. Memohon hal terbaik buat bisnis kedepannya.
            Mas Yoyok, tujuan bisnis harus jelas. Kalau saya itu: Ruhiyah, Berkah, dan Rupiah.

Saturday, July 28, 2018

Allah Pasti Memperkenankan Permohonan Hamba-Nya

Al-Hikam Atha'illah ke-97
"Ketika lisanmu digerakkan untuk meminta, berarti Dia hendak memberimu".

"Doa itu ruh kehidupan, harapan, cita-cita, komitmen," ujar Ustadz Basuki Abdurrahman.

Seseorang berkata, "Pengabulan ini terjadi bila doa bersumber dari ikhtiar dan niat baik. Adapun jika ia mengalir saja dari lisan tanpa disertai niat dan tujuan. Pengabulannya yang berupa sesuatu yang diminta mungkin agak sedikit telat".

Setiap ucapan (doa) itu ada konsekuensinya. Maka berucaplah yang baik-baiknya.

"Ya Allah aku butuh lulus".
"Ya Allah aku butuh rezeki berkah berjatuhan".
"Ya Allah aku butuh tulang rusuk".
"Ya Allah aku butuh Haji ke Baitullah".

Maka yang perlu dilakukan adalah merasakan apa yang menjadi kebutuhan hidup kita dengan 5 langkah:.
1. Memikirkan.
Pikirkan cara terbaik mencapai impian. Dan terus meluruskan niat karena Lillah.

2. Meyakini.
Yakin bahwa apapun impian kita. Itu bisa tercapai. Tak ada yang mustahil bagi Allah.

3. Mengucapkan.
Ucapkan lewat lisan. Ucapan membuat pikiran dan tubuh kita menerima energi positif.

4. Mendengarkan.
Bayangkan suara hingarbingar, tawa, dan pujian ketika impian kita tercapai.

5. Merasakan.
Bayangkan suasana bangga, damai, dan bahagia ketika impian kita tercapai.

Friday, July 20, 2018

Peka Terhadap Ujian Kecil

Hal yang paling berbahaya dari kehidupan kita adalah ketika kita tidak sadar kita sedang diuji.

Kenapa?.

Karena sebetulnya ujian itu ujungnya naik kelas. Dan ujung dari naik kelas itu adalah pencapaian. Ujung naik kelas itu biasanya adalah karunia yang lebih besar.

Yang repot itu. Kita tidak menyadari kita sedang diuji.

Kalau ujiannya besar itu sadar. Diuji sakit. Astagfirullah azhim. Diuji musibah. Astagfirullah azhim.

Tapi terkadang kita sama sekali nggak sadar. Dan nggak lolos sama sekali. Ketika yang hadir adalah ujian kecil.





Kisah Nabi Musa a.s (Q.S. Al-Qasas : 22-27).


Nabi Musa pergi ke sebuah negeri Madyan dalam keadaan lapar, tidak punya rumah, tidak jelas harus berlindung kemana.

Di titik itu, waktu dia melihat para peternak mengantrikan ternaknya ke sumur. Ada 2 wanita yang ia lihat. Tidak ikut mengantri.

Kira-kira kita lihat itu gimana (read; di hati seorang pria)?.

"Emm... kelihatannya kasihan ya kok dia nggak ngantri ke situ".

Ada keinginan membantu, tapi tidak semua orang melangkah membantu.

Tapi Nabi Musa a.s merespon itu. Dia kemudian datang dan bertanya.

M: Kenapa Anda kok tidak ikut ngantri?.

W: Itu laki-laki semua. Badannya kuat. Kita wanita.

M: Kalau gitu saya antrikan.

Coba lihat. Nabi Musa membantu.

Dan gegara membantu itu. Ketika beliau membantu 2 wanita tadi untuk dapat air. Wanita itu mengundangnya ke rumah dan memperkenalkan kepada orangtuanya. Lalu menghidangkan makanan, memberikan pekerjaan.

Dan Nabi Musa a.s mendapat karunia yang sangat-sangat besar. Bertemu juga dengan mertua, yang akhirnya adalah seorang Nabi yang memberikan banyak hikmah dan banyak pelajaran kepada dirinya.

Tapi semua itu dilalui oleh Small Test.




Dinukil dan diselia dari Eps 24 Semangat Langit

Monday, July 16, 2018

Makna Mati di Film Sword Master 2016

Udara tidak ada suara.
Energi seperti air mengalir.
Cahaya tidak ada bayangan.
Pedang tidak ada bekas.
Menembus laut.

"Kamu sudah tidak punya banyak waktu. Lupakanlah dendam dan kebencian. Mungkin masih ada peluang," pesan kakek penjaga gunung Yao (segala obat penyakit ada di sana).

Setelah turun gunung Can Se merenungi hidup, yang banyak membunuh orang dan demi uang juga membunuh.

Di perjalanannya Can Se bertemu pedagang. Lalu ia beli dagangan beserta kudanya.

"Kau mau mati di mana?" tanya Can Se.

"Pai Hua Lin di desa Ku Hai. Di sana cantik sekali," jawab pedagang.

Can Se melihat seorang penggali kuburan.

"Penjaga kuburan. 100 tael, membeli tempat tinggal dan pekerjaanmu," pinta Can Se.

"Uang... sudah tak ada gunanya. Kubur aku dengan baik. Aku berikan kepadamu," jawab penggali kuburan.

Lalu Can Se merawat si penggali, ketika sudah tak bernafas. Dia lalu menguburkannya.

Tiap malam Can Se tidur peti mati yang dibelinya, juga disampingnya ada batu nisan bertuliskan namanya.



Foto Yeh Shih San (kiri) dan Ah Chi (kanan)

Dengan penyakit yang diderita dan tinggal hitungan waktu saja. Can Se bertekad menjadi pribadi yang tidak egois lagi.

Ia sedikit demi sendiri belajar hidup berdampingan dengan warga di daerah ia tinggal. Terlihat dari keakrabannya sama anak-anak. Mulai dari membagikan permen gratis.

Ia juga membantu warga yang tertidas para penguasa saat itu.

Ia pun mulai dikenal warga dan diakui bagian dari mereka.

***

Silakan diambil moral story nya. Jika kurang paham. Bertanyalah.



Inspirasi cerita by film Sword Master.

Wednesday, May 16, 2018

Kutemukan Cinta di Bukit Cinta

TEMU (3)

Aku tak pandai menjelaskan apa itu arti cinta. Yang aku tahu cinta itu seperti tetumbuhan. Ia diberikan cinta oleh Penciptanya berupa tanah, air, udara, dan cahaya agar bisa tumbuh subur.

Begitu halnya dengan cinta dengan manusia. Ia tumbuh karena ada rasa cinta itu sendiri. Ia tumbuh dan berkembang seiring berjalannya waktu.

Cinta adalah wujud karunia Pencipta. Hadirnya patut disyukuri. Dan wujud syukurku atas hadirnya cinta adalah dengan menulis.
Bukit Cinta Klaten
Banyak hal yang terjadi dua hari ini pada diriku. Itu tidak lain adalah wujud Cinta-Nya. Entah itu berupa kejadian yang berujung hikmah. Atau pelajaran untuk jadi lebih baik.

Dia hadirkan orang-orang di sekitar kita untuk menyampaikan pesan Cinta-Nya. Maka terimalah dengan hati yang bahagia. Karena Dia Maha Mengetahui apa yang terbaik buat diri kita.

Untukmu Cinta, aku tak tahu kapan engkau tumbuh dan berkembang di hati ini.

Untukmu Cinta, aku yakin kita akan berTEMU di waktu yang tepat dan di tempat yang terbaik.

Tak perlu ada ikatan di antara kita. Biarlah Cinta-Nya yang mengikati hati-hati.

Klaten, 11 Maret 2018

Thursday, March 1, 2018

Nasihat Sederhana

TEMU (2)

Aku awali tulisan kali ini dengan menyebut asma Allah yang Maha Pengasih Maha Penyayang. Semoga tulisan ini dapat menjadi amal kebaikan di akhirat kelak.

***

Langit Gadjah Mada siang ini tak terlalu panas; mendung berselimut awan tebal. Semilir angin menerpa pepohonan yang berjajar rapi di sepanjang jalanan kampus; masuk melalui jendela kecil.

PerTEMUan(ku) kali ini dengan seseorang yang belum lama aku kenal dan kagumi, terlalu sayang jika tak di(abadi)kan lewat sebuah tulisan.

***

PerTEMUan kita kali ini sebenarnya adalah pertemuan yang tak disengaja, meskipun sebelum-sebelumnya ada rencana untuk bertemu. Tapi jika Allah belum menghendaki, maka belumlah bisa bertemu.

Tangga demi tangga kita naiki, suara langkah kaki kita semakin jelas tatkala mencapai puncak tangga. Beberapa kursi dari lantai 1 sampai lantai 4 penuh.

Lift hanya satu buah dan tak mungkin kita berdua masuk bersama di dalamnya karena sebuah alasan. Saat itu kita sempat berpisah sejenak dan akhirnya bertemu kembali di lantai 5.

***

Sebuah percakapan sederhana dari dua orang yang berusia tak terpaut jauh. Hanya sekitar satu tahun. Percakapan seorang kakak kepada sang adik.

Sang adik mendengarkan dengan seksama nasihat-nasihat dari sang kakak. Sang adik hanya tertunduk malu ke bawah dan kadang menengadah ke langit-langit.

Entah mengapa ia tak berani memandang wajah sang kakak. Apakah ia punya banyak salah atau mungkin ia takut sesuatu?
Entahlah...

Sebuah percakapan sederhana yang kelak akan mengubah arah hidup sang adik di masa depan kelak.

Tak jarang kita temui kejadian seperti ini. Seorang kakak yang dengan lemah lembut dan sabar menasihati sang adik kembali ke jalan yang benar. Menjadikan semangat untuk terus berbuat baik kembali menyala.

Yeah... mungkin itu hanya sebuah percakapan sederhana yang tak kurang dari 30 menit selesai. Sederhana bagi yang memandang hidup ini sederhana. Tapi bagi mereka berdua; khususnya sang adik, itu lebih dari sebuah sekedar percakapan sederhana.


Perpus Pusat UGM, 1 Maret 2018

(Dokumentasi Pribadi, 2018)

Wednesday, February 21, 2018

Kebetulan: Tentang Dia

Pernahkah kamu mengagumi seseorang yang sama sekali tidak kamu kenal sebelumnya?
Entah... itu sekedar tahu namanya, tahu sosmednya, atau punya nomor kontaknya.
Sama sekali tidak tahu.
Kebetulan itu yang membuat kita saling tahu.
Tahu sekedar wajah saja.

Itupun karena kita berada di universitas yang sama.
Dan kesukaan yang sama yaitu buku dan perpustakaan.
Kita kebetulan berpapasan ketika di depan pintu perpustakaan.

Saat itu aku hendak masuk mencari bangku kosong untuk baca buku dan browsing jurnal.
Saat itu kamu melangkah keluar meninggalkan pintu perpustakaan.
Ketika tak kudapati bangku kosong, aku memutuskan pindah ke perpustakaan satunya.

Saat itu mungkin kita terpisah untuk beberapa menit saja.
Tapi secara kebetulan kita berpapasan lagi.
Kamu berada di kiri jalan dan aku berada di kanan jalan.
Kita sama-sama berjalan ke arah barat.

www.flickr.com/photos/kucingsenja/5258207718
Pertama, aku mempercepat langkahku,
tapi aku merasa ada yang aneh, lalu aku bertanya pada diri sendiri.


"Kenapa ya, kok aku malah seperti ini?"

Kemudian aku memutuskan untuk jalan santai saja,
bahkan memperlambat langkah, karena saat itu kondisi perut habis makan siang.


Tiba-tiba ia telah berjalan jauh meninggalkan langkahku.
Hanya terlihat sekelebat jilbab merah muda yang semakin menjauh.
Dan menghilang di antara rindang pepohonan yang daunnya gugur.


UGM, 22 Februari 2018