Kenapa?.
Karena sebetulnya ujian itu ujungnya naik kelas. Dan ujung dari naik kelas itu adalah pencapaian. Ujung naik kelas itu biasanya adalah karunia yang lebih besar.
Yang repot itu. Kita tidak menyadari kita sedang diuji.
Kalau ujiannya besar itu sadar. Diuji sakit. Astagfirullah azhim. Diuji musibah. Astagfirullah azhim.
Tapi terkadang kita sama sekali nggak sadar. Dan nggak lolos sama sekali. Ketika yang hadir adalah ujian kecil.
Kisah Nabi Musa a.s (Q.S. Al-Qasas : 22-27).
Nabi Musa pergi ke sebuah negeri Madyan dalam keadaan lapar, tidak punya rumah, tidak jelas harus berlindung kemana.
Di titik itu, waktu dia melihat para peternak mengantrikan ternaknya ke sumur. Ada 2 wanita yang ia lihat. Tidak ikut mengantri.
Kira-kira kita lihat itu gimana (read; di hati seorang pria)?.
"Emm... kelihatannya kasihan ya kok dia nggak ngantri ke situ".
Ada keinginan membantu, tapi tidak semua orang melangkah membantu.
Tapi Nabi Musa a.s merespon itu. Dia kemudian datang dan bertanya.
M: Kenapa Anda kok tidak ikut ngantri?.
W: Itu laki-laki semua. Badannya kuat. Kita wanita.
M: Kalau gitu saya antrikan.
Coba lihat. Nabi Musa membantu.
Dan gegara membantu itu. Ketika beliau membantu 2 wanita tadi untuk dapat air. Wanita itu mengundangnya ke rumah dan memperkenalkan kepada orangtuanya. Lalu menghidangkan makanan, memberikan pekerjaan.
Dan Nabi Musa a.s mendapat karunia yang sangat-sangat besar. Bertemu juga dengan mertua, yang akhirnya adalah seorang Nabi yang memberikan banyak hikmah dan banyak pelajaran kepada dirinya.
Tapi semua itu dilalui oleh Small Test.

No comments:
Post a Comment