Sunday, December 9, 2018

SOTO TANPA TOMAT (1)

Ini adalah sepenggal kisah dua mangkok soto yang tak sengaja bertemu di sebuah warung.
Aku baru saja keluar dari laboratorium fakultas. Usai praktikum membuat perut lapar. Aku berjalan lewat pinggir-pinggir gedung untuk menghindari percikan hujan.
Sampai di warung langgananku. Aku memesan soto ayam dan air hangat.

¤ ¤ ¤

Di kejauhan terlihat seorang perempuan bersusah payah menghindari percikan hujan. Bukan karena ia takut hujan, melainkan berusaha melindungi apa yang ia dekap.
Tak lama kemudian ia sampai di warung, lalu memesan soto sapi dan jeruk hangat.
Tempat duduk penuh sesak dan tinggal satu.

¤ ¤ ¤

"Permisi, bolehkah aku duduk di sini?".
Aku agak kaget. Tapi berusaha tenang.
"Iyaa silakan".
"Terima kasih".
Perempuan itu duduk tak jauh dari aku duduk, sehingga aku melihat dia mengusap buku yang ia dekap tadi.

¤ ¤ ¤

Aku meletakkan sendok dan garpu sejenak, sambil berpikir.
Aku akan menyesal duduk di sini tanpa sepatah katapun. Aku berusaha membuka pembicaraan.

"Kenapa sotonya ndak pakai tomat?" celetukku tiba-tiba.
Perempuan itu mengangkat sedikit wajahnya.

"Sejak lama tomat dipercaya menangkal kanker dalam tubuh. Zat likopen dan fitonutrisi akan bekerja optimal setelah dipanaskan. Hal ini cuma untuk tomat merah. Karena likopen cuma dimiliki buah atau sayur berwarna merah".


"Zat ini memiliki fungsi utama; menetralkan radiasi bebas yang bisa merusak sel-sel dalam tubuh. Jadi, konsumsi tomat dalam soto adalah kebiasaan yang baik".

Perempuan itu masih saja diam. Padahal pengetahuan dari praktikum budidaya tanaman sayur dan hidroponik sudah tak keluarkan. Mungkin aku dikira laki-laki aneh yang kurang kerjaan.
.
.
Yogyakarta, 04 Desember 2018
.

.
*Tulisan terinspirasi dari Hujan Matahari karya @kurniawan_gunadi

No comments:

Post a Comment