Rumah Joglo Sederhana
Menerawang
impian, 22 Juni 2015
Tak terasa
semester dua hampir usai. Ternyata perjalanan ini cukup panjang. Banyak hal
yang kulalui. Petualangan demi petualangan semakin menantang.
Namun apa
karya yang telah kuukir dalam batu kehidupan ini. Semua tempat hampir pernah
kujelajahi. Tapi tak satupun membekas dalam diri.
Lamunan panjang
membuat waktu telah hilang. Kehidupan terus berputar. Bagai roda kereta yang
tak pernah berhenti.
Di sudut
dimensi waktu terlihat sesosok pria. Ia memberi nasihat akan makna kehidupan
itu kepada kami berdua.
Seusai sholat
tarawih, beberapa teh hangat menunggu kami. Rasanya hangat di tengah angin
Jogja yang lebih dingin dari biasa.
Sosok itu
kemudian menghilang. Tinggal untaian kata yang tertinggal di telingga kami.
Kami pun
pergi meninggalkan rumah Joglo yang bersejarah. Aku dan Mas Abid pernah sholat
tarawih berdua di tempat itu.
Kenangan yang
tak perlu ditinggalkan. Juga tak perlu diingat. Cuma perlu diambil pelajaran.
No comments:
Post a Comment