Aku awali tulisan kali ini dengan menyebut asma Allah yang Maha Pengasih Maha Penyayang. Semoga tulisan ini dapat menjadi amal kebaikan di akhirat kelak.
***
Langit Gadjah Mada siang ini tak terlalu panas; mendung berselimut awan tebal. Semilir angin menerpa pepohonan yang berjajar rapi di sepanjang jalanan kampus; masuk melalui jendela kecil.
PerTEMUan(ku) kali ini dengan seseorang yang belum lama aku kenal dan kagumi, terlalu sayang jika tak di(abadi)kan lewat sebuah tulisan.
***
PerTEMUan kita kali ini sebenarnya adalah pertemuan yang tak disengaja, meskipun sebelum-sebelumnya ada rencana untuk bertemu. Tapi jika Allah belum menghendaki, maka belumlah bisa bertemu.
Tangga demi tangga kita naiki, suara langkah kaki kita semakin jelas tatkala mencapai puncak tangga. Beberapa kursi dari lantai 1 sampai lantai 4 penuh.
Lift hanya satu buah dan tak mungkin kita berdua masuk bersama di dalamnya karena sebuah alasan. Saat itu kita sempat berpisah sejenak dan akhirnya bertemu kembali di lantai 5.
***
Sebuah percakapan sederhana dari dua orang yang berusia tak terpaut jauh. Hanya sekitar satu tahun. Percakapan seorang kakak kepada sang adik.
Sang adik mendengarkan dengan seksama nasihat-nasihat dari sang kakak. Sang adik hanya tertunduk malu ke bawah dan kadang menengadah ke langit-langit.
Entah mengapa ia tak berani memandang wajah sang kakak. Apakah ia punya banyak salah atau mungkin ia takut sesuatu?
Entahlah...
Sebuah percakapan sederhana yang kelak akan mengubah arah hidup sang adik di masa depan kelak.
Tak jarang kita temui kejadian seperti ini. Seorang kakak yang dengan lemah lembut dan sabar menasihati sang adik kembali ke jalan yang benar. Menjadikan semangat untuk terus berbuat baik kembali menyala.
Yeah... mungkin itu hanya sebuah percakapan sederhana yang tak kurang dari 30 menit selesai. Sederhana bagi yang memandang hidup ini sederhana. Tapi bagi mereka berdua; khususnya sang adik, itu lebih dari sebuah sekedar percakapan sederhana.
Perpus Pusat UGM, 1 Maret 2018
![]() |
| (Dokumentasi Pribadi, 2018) |
